16 November 2008

PKS Adakan Silaturahmi Keluarga Pahlawan

JAKARTA - Kontroversi iklan politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tak membuat kader-kader partai dakwah itu kelimpungan. Mereka justru akan mempertemukan keluarga para pahlawan nasional yang ditayangkan dalam iklan memperingati Hari Pahlawan tersebut.

Humas Partai Keadilan Sejahtera Mabruri mengatakan, silaturahmi keluarga para pahlawan dan dialog kebangsaan akan diselenggarakan di Jakarta pada 19 November. Silaturahmi akan dihadiri Bambang Sulistomo (putra Bung Tomo), Meutia Farida Hatta Swasono (putri Bung Hatta), Ferhath Nauzil Nazief (cucu KH Ahmad Dahlan), Agustanzil Sjahroenzah (cucu KH Agus Salim), serta Cahyo (putra Jenderal Gatot Subroto).

"Kami juga telah mengontak Pak Guntur Soekarnoputra (putra Bung Karno) dan Pak Juan Felix Tampubolon (pengacara keluarga Cendana). Pak Guntur belum memberikan jawaban, sementara keluarga Cendana mengaku belum berencana mengikuti kegiatan semacam ini," katanya kepada wartawan koran ini tadi malam (15/11).

Mabruri menjelaskan, silaturahmi keluarga pahlawan itu diadakan untuk meredakan kontroversi iklan politik PKS. Menurut dia, silaturahmi keluarga pahlawan dan dialog kebangsaan yang diselenggarakan partainya merupakan upaya untuk merefleksikan nilai-nilai perjuangan yang menjadi tema Hari Pahlawan.

Sementara itu, Bambang Sulistomo menyatakan telah mendapatkan undangan dari DPP PKS. Dia menegaskan dukungan terhadap acara yang dinilainya mampu mengobati kerinduan masyarakat pada nilai patriotik para pahlawan. "Lepas dari kontroversi apakah acara ini bermuatan politik atau tidak, saya mendukung acara ini. Saya kira wajar bila ada muatan politik, karena setiap partai harus jeli mencuri momentum," ujar Bambang.

Sebelumnya, iklan politik PKS menuai gugatan dari Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Mereka menganggap penayangan iklan KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asyari menunjukkan upaya PKS untuk mencuri ikon perjuangan mereka.

Iklan itu juga menuai kecaman dari masyarakat karena dalam salah satu segmennya menayangkan mantan Presiden Soeharto (alm) sebagai guru bangsa dan pahlawan. Padahal, sebagian publik tetap menganggap penguasa Orde Baru tersebut harus bertanggung jawab atas korupsi selama pemerintahannya.

Tidak ada komentar: